Wednesday, August 25, 2010

Jangan Sombong : Siapa Dirimu ?


Satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah sombong.

Sombong adalah menganggap dirinya paling kaya, paling pintar, paling sukses, paling cantik, paling tampan, paling bijaksana, paling dermawan, dan paling beriman, seakan akan surga hanya untuk dirinya sendiri.

Allah melarang kita untuk sombong:

”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]

Allah benci dengan orang-orang yang sombong:

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]

Nabi berkata bahwa orang yang sombong meski hanya sedikit saja niscaya tidak akan masuk surga:

Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
“Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebiji atom dari sifat sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim].

Nabi juga berkata bahwa orang yang sombong niscaya akan disiksa oleh Allah di akhirat nanti:

Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa’id, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. [HR Muslim]

(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min:76]

Abi Salamah meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bertemu dengan Ibn Umar di Marwah. Keduanya kemudian turun dan berbicara satu sama lain. Selanjutnya Abdullah bin Amr berlalu dan Ibn Umar duduk sambil menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya menangis, beliau menjawab: “Laki-laki ini (yakni Abdullah bin Amr) telah mengaku bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang di dalam hatinya ada sebiji atom dari sifat sombong, maka Allah Swt akan menimpakan api neraka ke arah wajahnya”.

Dari hadits di atas cukuplah bagi kita untuk menyadari bahwa sifat sombong sangat berbahaya bagi kita.

Imam Ghazali dalam kitabnya, ”Ihya’ ’Uluumuddiin” menulis bagaimana mungkin manusia bisa bersifat sombong sementara dalam dirinya terdapat 1-2 kilogram kotoran yang bau?

Terkadang orang sombong karena kekayaannya. Siapa orang terkaya di dunia? Qarun dulu sangat kaya. Perlu 7 orang yang sangat kuat hanya untuk mengangkat ”KUNCI-KUNCI” gudang kekayaannya yang berisi emas permata.

Namun yang patut diingat, ketika orang yang disebut kaya itu lahir mereka tidak memiliki apa-apa. Ketika mati juga tidak membawa apa-apa kecuali kain yang melekat di badan. Pada saat mati tidaklah berguna segala harta dan apa yang telah mereka kerjakan.

”Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” [Al Lahab:2]

Sebagaimana Qarun, harta yang kita miliki tak lain milik Allah yang dititipkan kepada kita. Ketika kita mati kita akan berpisah dengan ”harta” kita.

”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Al Maa-idah:120]

Sering orang sombong karena kekuasaan atau jabatan. Padahal kekuasaan dan jabatan juga tidak kekal. Ketika mati, maka kekuasaan pun hilang. Kita diganti dengan yang lain.

”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali ’Imran:26]

Fir’aun raja Mesir yang sombong saat ini telah menjadi mayat yang tidak berdaya. Alexander the Great atau Iskandar Agung yang kerajaannya meliputi sebagian Afrika, Eropa, dan Asia saat ini tinggal tulang-belulang belaka.

Hanya Allah Maha Perkasa yang tetap kekal dan hidup abadi selama-lamanya. Lalu apa yang membuat manusia pantas untuk merasa sombong?

Ada juga orang yang sombong karena wajahnya yang cantik dan rupawan. Padahal ketika tua, maka mukanya akan jelek dan keriput. Ketika sudah dikubur, maka wajahnya hanya akan tinggal tulang tengkorak belaka. Pantaskah manusia untuk bersikap sombong?

Ada lagi yang sombong karena kekuatannya atau badannya yang kekar. Kita saksikan Samson yang dulu sanggup mengalahkan singa dengan tangan kosong kini sudah terbujur dalam tanah.

Muhammad Ali yang dulu sering membanggakan diri sebagai yang terbesar (I am the Greatest) kini lemah terkena penyakit Parkinson. Begitu tua orang sekuat apa pun akan jadi lemah. Begitu mati dia sama sekali tidak berdaya.

Allah mengingatkan bahwa manusia diciptakan dari air mani yang tidak berharga. Pantaskah manusia bersikap sombong?

”Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” [Yaa Siin:77]

Dari tulisan di atas jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk bersikap sombong. Ancaman neraka bagi orang yang sombong meski hanya sekecil atom hendaknya membuat kita jadi orang yang rendah hati.

ehsan hawkchipsneo.wordpress.com

Sunday, August 15, 2010

Ibu Aku Rindu Padamu


oleh : ell Khair Fill Ardhi

Siapa yang menghapus air matamu saat tangismu berderai?
Dengan tangan lembutnya perlahan dia usap air mata ini, dengan jutaan kasih.

Siapakah yang memberi ciuman mesra saat kau kecil?

Dengan uluran kasihnya dia cium kedua pipi kita. Disaat malam menjelma dia rela tidur dengan tanpa selimut demi anaknya, agar tak kedinginan.

Dia yang membersihkan kotoran-kotoran yang tiap kali aku keluarkan tanpa rasa malu, dia bersihkan perlahan tanpa rasa jijik. Dia yang selalu menceritakanku tentang semua kisah di dunia ini sebelum mataku terlelap hiasi hening malam. Di pagi yang cerah dia selalu menggendongku kemana dia pergi, kasihnya sungguh tak ada batas.

Ibu kau adalah malaikat ku yang mengajariku tentang semua dan kini aku tahu tentang segalanya. Di kala aku mulai dewasa dia yang selalu memberiku yang terbaik. Mengajariku saat aku belajar di malam hari.

Ibu kini aku kesepian diantara langit malam hari, hanya langit gelap yang sanggup kutatap. kini aku harus menjalani hari-hari sepi tanpa mu. Aku ingati semuanya, kau yang selalu menjemputku penuh senyum tulus di muka pintu saat aku datang. Ibu aku rindu doa-doa tulusmu dari relung hatimu.

Ibu doakanlah, aku kini sedang melangkah. Menjalani hariku demi citaku.ibu lepaslah kepergianku ini dengan uluran tangan dan sejuta maaf mu. Doamu ibu, selalu ku nanti. Mohon kan kepada Allahhu Robbi agar dia besertaku selalu di sela-sela hidup ku.

Ibu lepaskanlah aku kelaut biru, akan ku arungi dan aku seberangi. Ingin rasanya aku merasakan saat indah bersamamu selalu. Namun kini aku jauh darimu. Ibu aku rindu senyum indahmu, ibu aku rindu kasih tulusmu , aku rindu cerita-ceritamu di malam menjelang tidurku,aku rindu suapan makanan yang kau suapkan padaku saat aku kecil dulu, aku rindu tidur dipangkuan mu. Ibu aku rindu saat –saat bersama mu.ibu andai waktu ini dapat diulang kembali akan aku persembahkan yang terbaik bagimu.

Ibu maafkan aku anakmu ini, belum bisa bahagiakan mu. Ibu di pagi yang mulai menjelma ini, akan aku panjatkan doa bagimu. Ibu hanya doa yang mampu aku kirimkan untuk mu, aku tahu ini tak sebanding dengan kasihmu yang tulus padaku. Namun apa dayaku ibu,,,sesungguhnya akupun menyesal, aku belum berikan kepadamu yang terbaik. Andai kau kini ada dihadapanku. Aku rela bersujud dan mencium telapak kakimu yang mulia. Ibu maafkan anakmu ini ibu....anakmu yang selalu membuatmu gelisah ,,,,anakmu yang selalu membuatmu menangis karena tingkah brutal ku. Ya Robb ampuni dosa ibu ku Ya Rabb...berilah syurga yang tertinggi baginya.

Saturday, August 14, 2010

Ya Allah Jika Kau Halalkan Aku Merindui Kekasihmu


Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya terpaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta
semu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku
malampaui batas hingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi
hanya kepada-Mu.

Sesungguhnya Engkau sebaik-baik penolong ...

Hati ini milik siapa ?


pandangan ku lontarkan jauh nun di sana,
merenung kembali perjalanan hidup,
ranjau dan onak yang telah dilalui,
semua berputar sekali lagi dlm mindaku…

Ya Allah… jauhnya aku padaMU,
dalam mengejar cinta seorang bernama insan,
aku kecewakan dan abaikan engkau,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering terleka dan lalai,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering tersasar meletakkan kasih itu,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering mengabaikan ‘cinta’ ilahi Rabbi,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering mengabaikan kewajipanku pada ilahi,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering melakukan kesilapan dengan dosa-dosa,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering berkata ‘ala, dosa kecil jer… ’
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku tidak sedar yang dosa ku anggap kecil itulah yang ‘gelapkan’ hatiku,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku buta dalam menilai cinta yg tulus dan ikhlas,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering disakiti, dikecewakan dan ditinggalkan…

hatiku milik siapa???
adakah hatiku milik insan yang tidak tetap hatinya?
adakah hatiku milik insan yang cintanya ada batasan?
adakah hatiku milik insan yang cintanya sementara waktu?
adakah hatiku milik insan yang bermusim kasihnya?
adakah hatiku milik insan yang rapuh hatinya pada ilahi?
adakah hatiku milik insan yang tiada KALAM ilahi dalam hatinya?
adakah hatiku milik insan yang leka dengan duniawi?
adakah hatiku milik insan yang lupa akhiratnya?
inikah yang aku mahu letakkan hatiku padanya???….

Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim…
baru aku sedari yang hatiku begitu jauh dariMU,
baru aku sedari yang hatiku terlalu kotor,
baru aku sedari yang hatiku ini ceteknya keimanan,
baru aku sedari yang hatiku penuh dengan sifat nifak,
baru aku sedari yang hatiku ini penuh dengan bisikan syaitan,
baru aku sedari yang hatiku ini penuh dengan duniawi…

Ya Hayyum, Ya Qayyum, Ya Latif…
ada padaMU sifat kekal…maka kekalkanlah hatiku menuju nurMU
ada padaMU sifat berdiri dengan sendiri… maka kuatkanlah hatiku dlm ranjau duniawi agar ku bisa berdiri dengan kekuatanMU,
ada padaMU sifat lembut… maka lembutkanlah hatiku menuju maghfirahMU…

Ya Allah, Ya Rabbi,
jangan Kau kelamkan hatiku dengan kegelapan dunia kini,
campakkan cahaya hidayahMU ke dalam hatiku,
moga dapat aku berikan sedikit,
cahaya itu buat mereka yang kegelapan,
semoga segala yang ku lakukan hanya untukMU,
hanya untuk merebut kasihMU yang Agung,
hanya untuk mencapai redhaMU,
di dunia dan akhirat….

Ameennn Ya Rabbal ‘Alamin….

Wednesday, August 11, 2010

Bercinta Sampai ke Syurga


Di sini ku berjanji disaksi rembulan
Andainya ku pergi dulu
Jikalau ku pergi dulu
Ku nantimu di pintu syurga

Pasangan yang bercinta, mereka mencari syurga. Mencari bahagia dan kepuasan santapan jiwa. Biar runtuh awan di langit, biar gegar di lantai bumi, lautan api sanggup direnangi. Itulah kuasa cinta. Pengorbanan yang ditawarkan demi sebuah cinta, yang menjanjikan bahagia.

Tiada insan yang sengaja mencari derita. Seperti ikan mencari air, si dahaga mendamba seteguk minum, mata mengantuk mencari bantal, demikianlah setiap insan mengerumuni cinta. Demi sesuatu yang menjanjikan bahagia.

Namun dalam asyiknya manusia bercinta, di kala itu jualah manusia semakin derita. Rumahtangga musnah, hidup berantakan. Tatkala inai masih di jari, anak belum pun sempat berdiri, tiang rumah dan tangga cinta roboh dirempuh badai.

Luar biasa…


Mereka bukan dipaksa menerima. Kahwin itu bukan kahwin dera atau kahwin paksa. Ia adalah cinta sama cinta, suka sama suka. Jika kedua belah pihak sudah saling menerima dan kenal isi kulit pasangan sehati sejiwa, di manakah cacat di manakah celanya hingga hujan tidak sempat menunggu petang?

Bukankah syurga dunia yang dibina itu mahu dilangsungkan hingga ke Syurga Sana?



Pada hari itu teman-teman akrab setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang perhubungannya berdasarkan Taqwa [al-Dzukhruf 43: 67]

Itulah realitinya.

Bahawa biar sehangat mana pun cinta yang membakar perhubungan dua insan yang berkasih sayang, mereka akan menjadi musuh di antara satu sama lain di padang Mahsyar. Jika dahulunya mereka menolak pertolongan yang ditawarkan demi kebahagiaan sebenar, hari itu mereka pula saling bermusuh dengan permusuhan yang tidak lagi mampu ditolong.

Mengapa cinta menjadi permusuhan?

Apakah yang menguji manusia di Mahsyar hingga pasangan yang akrab menjadi musuh yang saling mementingkan diri?

Sesungguhnya Mahsyar itu mengheret manusia kepada sebuah TEKANAN. Itulah ujian terbesarnya. Segala yang didustakan selama ini terbentang di depan mata. Barulah kelihatan kesan segala perbuatan. Bahawa dunia memang sementara, namun kesan amal berkekalan selamanya. Dan hari Mahsyar itu setiap insan berada di bawah TEKANAN yang maha dahsyat.

Ibu sanggup menggadaikan anak demi untuk menyelamatkan diri.

Dua kekasih sanggup mengorbankan pasangannya demi terbebas dari seksaan yang sedang menanti.

Dalam keadaan yang begitu terdesak dan penuh tekanan, cinta berubah menjadi permusuhan. Dua kekasih saling menyerang pasangan masing-masing, mementingkan diri, demi sebuah keselamatan.

Kecuali manusia bertaqwa.

Wahai pasangan yang bermadu kasih, ingatkah kalian pada khutbah yang mengiringi lafaz AKU TERIMA NIKAHNYA suatu hari dahulu? Tiga ayat yang dibacakan kepadamu, segalanya berbicara tentang TAQWA.



Pesan itu adalah pesan Tuhanmu. Pesan yang disampaikan di lisan Nabimu. Pesan yang diperpanjangkan kepada khutbah nikahmu. Bahawa tiada bahagia tanpa taqwa. Hanya derita pemusnah cinta, manusia tersungkur di pantai derita, meneguk neraka dunia sebelum Neraka di Sana.

Neraka dunia yang menghancurkan bahagia datang bersama tekanan. Ujian yang amat menghimpit beban. Soal anak, soal pekerjaan, soal keinginan, soal ketidakpuasan, soal kemahuan, soal kesangsian. Rumahtangga yang belayar di tasik madu, menjelang senja dihiris sembilu.

“Lepaskan saya. Saya sudah tidak sanggup lagi,” bentak isteri yang terbeban oleh tekanan perasaan.

“Sabarlah isteriku. Mari duduk mencari petunjuk,” pujuk suami dengan linangan air mata.

Anak-anak menggeletar terperosok di sudut gementar. Melihat ayah dan ibu bergaduh cakar mencakar.

“Bukankah kami hadir kerana cintamu?” bisik si anak kepada hatinya, merayu kepada Tuhan agar mendamaikan sepasang insan tempat dirinya berpaut hidup.

“Sudah-sudah. Tidak perlu dibincang-bincangkan lagi. Lepaskan saya. Hantarkan saya balik ke rumah emak di kampung!” si isteri terus mengamuk.

“Bagaimana dengan anak-anak kita?” suami merenung wajah anak-anak yang kebingungan. Terasa hangat pipi dihujani hiba.

“Semuanya salah abang. Sudah berapa kali saya beri peluang. Abang masih tidak berubah. Abang bekerja untuk keluarga, hingga hancur keluarga. Kalau selama ini kami bahagia tanpa abang, kenapa perlu lagi saya menderita menanti abang. Saya ada cita-cita sendiri!” si isteri mengesat wajahnya dengan lengan. Kata-katanya penuh simpang siur perasaan. Tidak pasti apa yang dimahukan.

Kecuali sebuah penceraian…

SUATU HARI NANTI

Suatu hari nanti
Kau akan tahu sucinya cintaku
Kau akan menyesal
Dan kau sebut namaku selalu

Suatu masa nanti
Kan terhurai segala rahsia
Bahawa cintaku kepadamu
Abadi selamanya

Kau akan menangis
Menatap gambarku
Gambar-gambar kita
Pasangan yang istimewa

Oleh itu kasih
Janganlah terburu
Jangan ikut rasa
Kelak jiwa kan merana

Perkara yang kecil
Jangan suka dibesar-besarkan
Perkara yang samar
Jangan pula dibenar-benarkan

Usahlah dibunuh
Kecintaan ini
Biarkan bersemi
Sampai kekal dan abadi

Lagu dan Lirik: Suhaimi Mior Hassan

Tekanan bukan sahaja menjadikan seorang kekasih memusuhi kekasihnya di Akhirat, bahkan tekanan itu juga menghilangkan cinta tatkala menempuh kehidupan dunia. Hingga tidak sempat-sempat menuju penceraian, semata-mata ingin lari daripada sebuah tekanan.

Itulah yang banyak berlaku hari ini.

Pelik sekali, setelah ghairah bercinta kita melangkah ke alam rumahtangga. Belum sempat anak membesar bergegas pula menuju penceraian. Dan janggal sekali, selepas bercerai barulah timbulnya damai. Boleh keluar makan bersama, boleh bergilir melayan anak-anak. Suami isteri payah serasi, biar sekadar teman yang mesra. Semuanya kerana gagalnya manusia, menguruskan tekanan, realiti kehidupan.

Justeru wahai insan yang mabuk cinta, siasatlah benang yang menyulam kasihmu. Apakah ia sebuah taqwa, atau cinta buta yang tidak berpijak di bumi nyata? Sesungguhnya cinta yang tidak bersendikan taqwa adalah cinta yang berakhir dengan permusuhan. Jika tidak di neraka dunia, pastinya Neraka abadi di alam Sana.



“… kecuali orang-orang yang bertaqwa” [al-Dzukhruf 43: 67]



“(Mereka diberi penghormatan serta diseru oleh Allah Taala dengan firman-Nya): “Wahai hamba-hambaku! Pada hari ini kamu tidak akan merasai sebarang kebimbangan dan kamu pula tidak akan berdukacita. (Mereka itu ialah) orang-orang yang beriman akan ayat-ayat keterangan Kami, serta mereka menjadi orang-orang Islam yang taat patuh.(Mereka diberi sebaik-baik balasan dengan dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke dalam syurga bersama-sama isteri-isteri kamu, dengan menikmati sepenuh-penuh kegembiraan dan kesenangan” [al-Dzukhruf 43: 68-70]

Tidak mungkin Syurga di Akhirat menjadi habuan kita, andai dunia bersalut neraka. Dunia ladang Akhirat, apa yang disemai pada hidup yang sementara ini, itulah tuaian di Akhirat yang kekal abadi.

Berjuanglah berbekalkan taqwa untuk mengharungi epilog sebuah cinta, hingga terkecap syurga dunia.

Berjuanglah sampai mengecap bahagia perjuangan, rumahku syurgaku, baiti jannati…

Kejayaan bukan sebuah destinasi, ia adalah sebuah perjalanan.

Bercintalah sampai ke Syurga, wahai dua insan bercinta.

Ihsan www.saifulislam.com

Tuesday, August 10, 2010

Falsafah Perkahwinan Dalam Islam



Firman Allah S.W.T.

'Maha suci Allah yang menjadikan kejadian semua berpasangan dari sesuatu yang tumbuh di bumi, dari mereka (manusia) dan dari sesuatu yang mereka tiada mengetahui.'

(Yaasin: 36)

Jika kita perhatikan kejadian di langit dan di bumi, jelas menampakkan kebenaran ayat ini. Setiap yang kita saksikan ada pasangannya. Keadaan tanah di bumi, tidak sama rata semuanya, bahkan dijadikan berpasangan antara tinggi dan rendah. Di suatu kawasan penuh dengan tumbuhan menghijau. Di kawasan yang lain berpadang pasir. Daratan berpasangan dengan lautan. Pokok-pokok yang meliputi bumi ini ada yang jantan dan betina. Kemudian Allah jadikan pula malam berpasangan dengan siang meliputi alam ini. Binatang-binatang yang hidup di daratan dan di lautan juga berpasangan jantan dan betinanya. Demikian pula manusia. Atom yang sangat halus yang tidak dapat dilihat dengan pandangan mata dan terdiri dari komponen-komponen yang berpasang-pasangan.

Jika kita bertanya apakah hikmat Allah S.W.T. menjadikan berbagai-bagai jenis kejadian ini dalam keadaan berpasangan? Kita sudah tentu dapat memahaminya dengan mudah. Cuba kita bayangkan bagaimana keadaan alam ini sekiranya ia sentiasa dalam keadaan malam, bumi berkeadaan pamah, semuanya berpadang pasir Manusia semuanya lelaki atau semuanya perempuan. Keadaan dunia seperti ini tentu membosankan dan kejadian ini tidak melahirkan keturunan. Manusia akan hapus dalam jangka waktu yang singkat. Dengan adanya pasangan, dunia kelihatan indah dan sesungguhnya kejadian Allah S.W.T. ini sangat indah.

Lelaki Dan Perempuan Dalam Kejadian Manusia

Dengan memberikan sedikit peihatian kepada kejadian alam ini, anda pasti mengerti mengapa anda dijadikan lelaki atau perempuan. Kedua-duanya dari acuan yang sama iaitu manusia yang dibentuk dari unsur-unsur kemanusiaan. Tetapi yang satunya berwatak keras dan yang satu lagi lemah gemalai. Gerak langkah melambangkan kekuatan dan gerak langkah wanita melambangkat,i keindahan. Sifat-sifat tersendiri yang ada pada lelaki dan wanita itu menunjukkan bahawa kekuatan lelaki dijadikan sebagai pelindung kecantikan wanita.

Betapa indahnya kehidupan manusia ini dengan adanya pasangan di dalam kejadiannya. Betapa jemu dan bosan kehidupan ini jika yang menjadi penghuni alam lelaki semuanya, atau perempuan semuanya. Jadi, kejadian berpasangan antara lelaki dan perempuan it merupakan ramuan yang mengindahkan kehidupan. Allah S.WT. berfirman:

'Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ia menjadikan untuk kamu pasangan dari jenis kamu sendiri untuk kamu tinggal tenteram di sampingnya dan dijadikan di antara kamu kasih sayang dan belas kasihan. Semuanya itu menjadi tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir. '

(ar-Ruum:21)

Kejadian berpasangan juga sebagai saluran untuk meneruskan keturunan manusia.Allah S.WT. berfirman:

'Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhan kamu yang menjadikan kamu semua dari jiwa yang satu dan dijadikan daripadanya pasangannya dan berkembang daripada keduanya banyak lelaki dan perempuan... '

(An-Nisa':1)

Dengan keterangan di atas jelas sekali hikmatallah menjadikan manusia dari lelaki dan wanita, pertama untuk memperindahkan kehidupan manusia itu sendiri. Kedua untuk mengekalkan ketuninan manusia di dalam jangka waktu yang panjang sehingga Allah S.W.T. menentukan berakhirnya sejarah manusia di bumi ini. Ini semuanya adalah rahmat Allah S.WT. kepada manusia yang diamanahkan untuk mengendalikan ulusan di bumi sebagai khalifah-Nya.

Mengapa Berkahwin

Manusia akan menghadapi berbagai kepincangan sekiranya pergaulan lelaki dan wanita tidak diatur dan disusun mengikut peraturan tertentu. Tajuan perkahwinan ialah menyusun pergaulan antara lelaki dan wanita supaya dapat mewujudkan suasana kasih sayang yang memperindahkan kehidupan. Tanpa penyusunan yang rapi di dalam peigaulan di antara lelaki dan wanita, kepincangan tidak dapat dielakkan. Kerana itu, perkahwinan disyariatkan. Dalam perkahwinan, ditentukan kewajipan-kewajipan dan peraturan-peraturan yang akan membawa kebahagiaan kepada pasangan yang mematuhinya. Sebahknya jika peraturan-peraturan itu tidak dipatuhi, sama ada kerana kejahilan atau sengaja mengingkarinya, pasangan itu sentiasa dilanda arus yang menjadikan suasana hidup mereka tidak tenteram.

Membentuk Keluarga

Peraturan yang ditetapkan itu, menentukan pembentukan keluarga di dalam satu institusi masyarakat yang dinamakan rumahtangga. Rumahtangga adalah tahap pertama pembentukan masyarakat. Sebagaimana masyarakat yang besar memerlukan penyusunan yang rapi, begitulah juga masyarakat lumahtangga memerlukan penyusunan. Pembentukan rumahtangga secara bersekedudukan bebas tanpa perkahwinan dan perlindungan undang-undang melambangkan suatu pembentukan rumahtangga yang tidak tersusun. Ia akan berkembang menjadi belukar dan hutan belantara yang hidup di dalamnya binatang-binatang buas. Hak-hak suami isteri tidak dapat dibela dan diberi keadilan di dalam kehidupan seumpama ini.

Sebaliknya, rumahtangga yang dibentuk meneiusi perkahwinan yang tertakluk kepada peraturan-peraturan tertentu yang lengkap dan sempurna, akan menjadi seperti pohon-pohon yang ditanam secara tersusun. jika pohon-pohon ini terus dipelihara, ia kekal menjadi taman indah yang menyegarkan kehidupan. Demikianlah halnya sebuah rumahtangga yang diikat dengan perkahwinan akan menjadi tempat yang paling indah dalam kehidupan dan kebisingan anak-anak meniadi seperti siulan burung-burung di taman yang indah.

Rumahtangga Sebagai Masyarakat Kecil

Mendirikan rumahtangga dalam Islam bukan ulusan individu seperti yang difahami dalam kehidupan bangsa lain terutama bangsa Barat. Rumahtangga dalam Islam merupakan bahagian penting masyarakat dan masyarakat mempunyai tanggungjawab dalam pembentukan-

Falsafah Perkahwinan Dalam Islam

Oleh kerana perkahwinan adalah perkembangan daripada keluarga yang sedia ada dan hubungan antara kcluarga baru dan yang sedia ada wajib diperteguhkan dan oleh kerana keluarga baru itu sebahagian daripada masyarakat yang boleh mempengaruhi keadaan baik buruk masyarakat, maka perkahwinan yang tidak menghormati masyarakat, seperti kahwin lari, tangkap basah dan lain-lain, sangat dikeji oleh Islam, melainkan di dalam keadaan-keadaan tertentu, di mana pemerintah boleh menggantikan tempat sebagai wali bagi menggantikan wali daripada keluarga si isteri.

Prinsip Pembentukan Keluarga Islam

Sebagai Nizamul Hayah (peraturan hidup) yang syamil (lengkap) dan sempuma, yang merangkumi pembentukan masyarakat yang sejahtera, Islam telah menetapkan peraturan peraturan perkahwinan dan perjalanan keluarga dengan sempuma. Peraturan ini tidak hanya berbentuk undang-undang tetapi juga menerusi pembentukan rasa tanggung-jawab dan menghormati nilai-nilai akhlak yang dibina menerusi kesedaran beragama yang dipupuk menerusi pendidikan. Kesempurnaan undang-undang yang mengawal perjalanan keluarga tidak mencukupi bagi menjamin ketenteraman keluarga itu. Keluarga mesti disusun dan dikawal oleh rasa tanggungjawab dan menghormati nilai-nilai akhlak Islamiyyah. Rasa tanggungjawab dan menghormati nilai-nilai akhlak itu hanya akan berkembang subur di kalangan orang-orang yang mempunyai kesedaran keagamaan. Kesedaran keagamaan yang terpenting ialah apabila seseorang itu sentiasa mengingatiallah S.WT. dan takut kepada-Nya. Kesedaran ini meiupakan kawalan berkesan untuk seseorang mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditetapkan. Tanpa kesedaran ini peraturan yang sempurna tidak memberi banyak kesan, kerana orang yang tidak dapat mengawal dirinya dengan kesedarannya terhadap wujudnya Allah S.W.T. dan takut kepada-Nya, akan dengan mudah melanggar undang-undang dan peraturan itu. Apabila undang-undang tidak dihormati, ia tidak bermakna lagi walau bagaimana sempurnapun undang-undang itu.

Dalam menyusun keluarga yang tenteram dan sejahtera, Islam berpandu kepada dua prinsip.

1. Didikan yang mengukuhkan kesedaran beragama (di dalamnya disuburkan perasaan taat kepada Allah, tidak menganiaya sesama manusia, belas kasihan, bertimbang rasa dan lain-lain)

2. Undang-undang dan peraturan yang menentukan kewajipan, hubungan antara suami isteri, kewaiipan terhadap anak-anak, nafkah, peraturan jika berlaku perselisihan dan penceraian dan sebagainya.

Kepincangan dan kegelisahan yang banyak berlaku di dalam keluarga Islam hari ini adalah kerana pembentukannya tidak sangat memenuhi kehendak-kehendak Islam. Selain daripada kurangnya asas-asas keagamaan, pasangan suami isteri pula jahil tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan antara mereka, dan tanggungjawab keduanya terhadap anak-anak.

Peraturan Mencari jodoh

Sebelum sesebuah keluarga dibentuk, Islam telah menetapkan terlebih dahulu pertimbangan dalam men cari pasangan dengan tujuan menjamin kesejahteraan. Rasulullah S.A.W. melarang kecantikan dan kekayaan menjadi ukuran penting di dalam memilih isteri, tetapi hendaklah memilih yang berpegang kepada agama. Sabda baginda yang bermaksud:

'Janganlah mengahwini wanita-wanita kerana kecantikan. Mungkin kecantikan itu memburukkan hidup. Jangan mengahwini mereka kerana harta, mungkin harta itu menyebabkan kezaliman mereka. Tetapi kahwinilah mereka atas dasar agama. Seorang sahaya yang hitam, berbibir tebal yang beragama adalah lebih baik.

(Diriwayatkan oleh Ibn Majah).

Begitu juga bagi seorang wanita, janganlah menjadikan pangkat dan harta sebagai pertimbangan asasi di dalam memilih suami, kerana pangkat dan harta tanpa akhlak dan agama menjadi punca fitnah yang akan merosakkan kehidupan rumahtangga.

Keturunan Dan Kufu'

Salah satu asas pertimbangan, selain daripada keagamaan seperti yang telah dijelaskan sebelum ini, ialah keturunan bakal isteri itu. Aspek yang penting yang hendak ditinjau ialah dari segi kesihatan dan keadaan hidup keluarga. Dari segi kesihatan, perlu dikaji sama ada bakal isteri dan suami mempunyai keluarga yang mempunyai penyakit keturunan. Ini tidak bermakna wanita yang mempunyai keluarga yang beipenyakit tidak boleh dikahwini dan dipandang hina. Bahkan apa yang dimaksudkan di sini ialah ketehtian di dalam membentuk keluarga yang mahu mencapal peringkat yang ideal.

Demikian juga perlu ditinjau aspek keadaan hidup keluarga bakal isteri, saina ada berpegang teguh kepada agama dan akhlak atau tidak. Keadaan dan suasana rumahtangga ibu bapa, sudah tentu mempengaruhi kehidupan anaknya. Sekiranya bakal suami isteri itu daripada keluarga yang tidak menghormati agama dan akhlak, sudah tentu sukar untuk membentuk suasana yang sesuai dengan kehendak Islam dalam keluarga tersebut.

Satu masalah lagi yang menjadi tanda tanya ialah perkahwinan sekufu' atau setaraf. Adakah Islam mengakui suami isteri itu bertaraf-taraf. Jawapannya ya. Taraf ini diukur dari darjat kehidupan. Tentulah tidak sama orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, orang yang suka berpoya-poya dan berbuat maksiat dengan orang yang warak. Dari aspek inilah Islam melihat adanya perbezaan hidup manusia. Walaupun begitu dari segi nilai kemanusiaan, manusia itu sama. Manusia yang jahat pun, dari sudut peri kemanusiaan, perlu diberi pertolongan dan dihormati sebagai manusia. Dari semua perbezaan hidup dan nilai-nilai hidup manusia, tidak ada yang lebih mulia daripada insan yang bertakwa. Inilah sebenarnya yang dimaksudkan apabila Islam mengakui darjat-darjat hidup manusia. .

Perkahwinan kufu' ialah perkahwinan di antara suami dan isteri yang mempunyai persamaan dari segi keadaan hidup. Memang ada aliran hukum di dalam perundangan Islam yang tidak melihat perkara ini sebagai penting. Mereka memandang tidak penting yang kaya berkahwin dengan yang miskin, yang berpangkat berkahwin dengan yang tidak berpangkat. Aliran ini melihat dari aspek kemanusiaan semata-mata, yakni Allah S.W.T. menjadikan manusia sama sahaja. Tetapi satu aliran hukum lagi dalam peiundangan Islam iaitu aliran al-Syafiyyah, memandang perbezaan taraf hidup sama ada dari segi kekayaan, ilmu, akhlak dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam menentukan kehidupan rumahtangga, kerana realiti kehidupan seperti ini tidak boleh diperkecilkan. Seorang perempuan kaya yang sudah biasa dengan kehidupan mewah, sudah tentu menghadapi kesukaran untuk menyesuaikan dirinya dengan kehidupan baru yang disediakan oleh suaminya yang miskin. Kesukaran ini boleh menimbulkan masalah yang rumit. Demikian juga seorang suami yang warak berkahwin dengan isteri yang suka berpoya-poya, sudah tentu akan menimbulkan masalah yang melibatkan hubungan suami isteri itu. Inilah realiti kehidupan alam perkahwinan yang perlu mendapat perhatian perundangan dan dari sinilah timbuinya masalah kahwin sekufu'.

Aliran perundangan al-Syafiyyah, memberi hak kepada wali untuk melarang anak perempuan berkahwin dengan orang yang tidak sekufu' dengannya untuk mengelak daripada masalah ini dan untuk kepentingan hidup anaknya. Demikian juga aliran ini memberi hak kepada anak perempuan membantah wali mengahwinkah dirinya dengan orang yang tidak sekufu' dengannya, demi untuk menjaga kepentingan diri dan kehidupannya di masa hadapan.

Keharusan Berpoligami

Di antara persoalan yang meniinbulkan masalah paling kontroversi dalam unisan perkahwinan umat Islam ialah keharusan berpoligami. Ia dijadikan bahan oleh setengah golongan untuk mengecam Islam dan ramai wanita yang tidak puas hati dengan pelaksanaannya.

Bagi menghuraikan masalah ini, terlebih dahulu mestilah difahami apakah yang dimaksudkan dengan keharusan itu. Dari segi perundangan, harus bererti sesuatu yang tidak diseksa dan tidak diberi pahala kepada orang yang melakukannya. Ertinya, ia tidak mempunyai obligasi dari segi hukum. Tetapi, keharusan berpoligami ini dari segi pelaksanaannya bukan sahaja tunduk kepada hukum ini. Ia juga tertakluk kepada prinsip pembentukan keluarga yang telah diterangkan sebelum ini iaitu perasaan tanggungjawab dan perasaan-perasaan lain yang dituntut oleh Islam. Sungguhpun dari segi perundangan, poligami boleh dilaksanakan tetapi bukan tanpa mempunyai pertimbangan lain yang dikehendaki agama. Pertimbangan ini termasuklah apa yang dikatakan oleh ahli-ahli tasawwuf bahawa tidak dinamakan seseorang itu bertaqwa sehingga ia meninggalkan yang harus untuk menjaga dirinya dari melakukan yang haram.

Dengan sebab itu, jika sesuatu yang harus itu boleh mendorong kepada melakukan yang haram, maka seseorang yang bertaqwa akan meninggalkan yang haius itu untuk menjaga dirinya dari melakukan yang haram.

Dalam masalah poligami, seseorang itu hendaklah menjauhi sekiranya berkahwin lebih daripada satu menyebabkan ia mencuaikan hak-hak isteri dan anak-anak yang diwajibkan ke atasnya, seperti memberi nafkah dan lain-lain. Walaupun hukum mengharuskan, tetapi ia terus menanggung dosa kerana kecuaiannya menjalankan kewajipan tediadap anak-anak dan isteri-isteri. Jika perkara ini menjadi penyakit masyarakat yang menular, pemerintah boleh mengenakan peraturan-peraturan untuk mencegah kerosakan yang timbul daripadanya.

Penggunaan maksud keharusan berpoligami secara wajar dapat dilihat daripada contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. dan masyarakat Islam pertama yang dibentuk oleh baginda. Dengan penggunaan yang wajar ini, poligami bukan menjadi masalah kepada masyarakat, tetapi mempakan cara bagi menyelesaikan masalah-masalah yang wujud dalam masyarakat iaitu pembelaan tediadap anak-anak yatim dan janda-janda yang menderita kerana kehilangan atau kematian suami.

Pada masa sekarang masalah seperti di atas masih lagi wujud dan tetap akan wujud selagi adanya manusia. Kerana itu poligami tetap berfungsi memberi kebaikan kepada masyarakat jika keharusan ini tidak disalahgunakan. Tetapi sekiranya poligami disalahgunakan dan dilakukan semata-mata untuk memuaskan nafsu dan menempah dosa, ia akan menjadi masalah dan langkah-langkah mengawalnya hendaklah dilakukan oleh pemerintah dengan mengenakan peraturan-peraturan tertentu untuk mengelak keiosakan.

Perancangan Keluarga

Beralih kepada perbicaraan mengenai perancangan keluarga. Perkara ini juga menimbulkan tanda tanya di kalangan masyarakat. Perancangan keluaiga mengandungi dua program. Pertama merancang kelahiran anak dengan menghadkan kelahiran atau membatasinya. Kedua, menyusun pe@alanan keluaiga untuk mencapai kesejahteraan dengan memberi perhatian kepada kebajikan, kesihatan dan keselesaan hidup keluaiga serta memastikan perkembangan yang sihat dalam pertumbuhannya.

Program pertama yang bertujuan membataskan kelahiran anak itu berdasarkan teori yang dikemukakan oleh seorang ahli fikir barat yang bernama Maltus. Pada pendapat beliau, perkembangan penduduk dunia, jika dibandingkan dengan pertambahan pengeluaran bahan makanan adalah tidak seimbang. Perkembangan penduduk berjalan dengan kadar 2,4,6,8, sedangkan pertambahan bahan-bahan makanan dengan kadar 1,2,3,4. Jika perkembangan seperti ini terus berjalan, satu bencana kekurangan bahan makanan akan berlaku dan manusia akan menghadapi masalah kelaparan.

Dalam program yang kedua, kita mestilah memberi sokongan bagi menjayakan usaha membaiki keadaan kesihatan, kebajikan dan kesejahteraan keluarga. Tetapi sukalah ditegaskan di sini, usaha-usaha ke arah mencapai tujuan tersebut tidak akan dicapai, sekiranya unsur-unsur akhlak dijadikan program sampingan sahaja. Suatu program yang bersifat menyeluruh hendaklah dirangka untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga yang sebenar. Program ini, jika hendak dipercayai oleh rakyat secara berterusan tidak seharusnya dijadikan alat atau piling bagi melaksanakan usaha menghadkan kelahiran anak. Niat yang tidak jujur seperti ini akan menimbulkan akibat buruk dan kesan yang tidak sihat kepada masyarakat.

Kewajipan Dan Tanggungjawab

Seseorang yang hendak mendirikan rumahtangga hendaklah menginsafi bahawa kewajipan dan tanggung-jawab sedang menantinya. Membina keluarga bertnakna bertambahnya tanggungjawab tediadap isteri dan anak-anak. Di sini digariskan beberapa tanggungjawab penting suami dan isteri di dalam rumahtangga.

Kewajipan Suami

1. Suami adalah ketua kelualga, pelindung isteri dan anak-anak. Sebagai pelindung keluaiga dan ketua unit masyarakat yang kecil ini, suami berkewajipan mangawal, membimbing, menentukan tugas, menyelaraskan ke@a, berusaha mencari keperluan hidup keluarga dan berusaha menyediakan faktor-faktor kebahagiaan dan keselamatan keluarganya.

2. Dia wajib menyediakan rumah kediaman, pakaian dan makan minum keluarga. Dia wajib mengajar anak isterinya dengan hukum-hukum agama. Kalau tidak mampu mengajar sendiri dia wajib menanggung biayanya. Dalam hal ini suami yang bijak awal-awal lagi akan memilih isteri yang beragama. Dengan itu dapat meringankan beban dan kewajipannya mengajar agama kepada isterinya. Isteri yang beragama itu, pasti dapat beke@asama mendidik anak-anak dalam kehidupan beragama.

3. Pentadbiran suami di dalam iumahtangga hendaklah berdasarkan rahmah (kasihan belas) berakhlak dan contoh yang baik. la bertanggungjawab di hadapan Allah S.WT. terhadap keluarganya. Bersikap baik dan adil di dalam mengendalikan nunahtangga adalah penting. Rasulullah s.a.W mensifatkan orang yang baik ialah orang yang baik kepada ahli rumahnya.

4. Suami hendaklah mengasuh isteri dengan baik. Rasulullah s.a.w. menyifatkan kaum wanita sebagai amanah Allah S.W.T. Amanah itu hendaklah dijaga dengan cermat. Misalnya jika kita diamanahkan sesuatu barang dan barang itu rosak di tangan kita, tentulah ia akan melibatkan nama baik kita. Sebab itu Rasulullah s.a.w. berpesan supaya bersikap baik terhadap wanita dan sentiasa memesan mereka supaya berkelakuan baik.

5. Tanggungjawab suami adalah penting di dalam membina keluarga. Tidak sah pernikahan orang yang tidak boleh mengendalikan urusan rumahtangga seperti pernikahan kanak-kanak dan orang gila. Adapun orang yang bodoh (safah) yang ditahan dari mengurus harta benda dan dirinya, tidak sah berkahwin melainkan dengan izin walinya. Orang yang mempunyai keinginan berkahwin tetapi tidak sanggup menyediakan mahar dan nafkah tidak digalakkan berkahwin, kata AI-Syafiyyah, sunat tidak berkahwin bahkan hendaklah berpuasa kerana puasa itu penahan keinginan.

Demikian juga orang yang tidak mempunyai keinginan dan hendak menumpukan perhatian kepada ibadah tidak digalakkan berkahwin. Ulama berselisih pendapat mengenai orang yang tidak mempunyai keinginan yang mampu menyediakan makan dan nafkah dan tidak Dula hendak menumpukan seluruh hidupn-y-a- kepada ibadat sahaja. Menurut satu pendapat, tidak disunatkan. Menurut pandapat lain sunat ia berkahwin.

Kita dapat melihat dengan jelas bahawa perkahwinan itu hanya digalakkan bagi mereka yang sanggup menunaikan tanggungjawab. Apabila berkahwin, menunaikan tanggungjawab kepada keluarga adalah wajib.

Kewajipan Isteri

Apabila suami sebagai ketua di dalam lumahtangga, maka isteri itu timbalannya yang mempunyai tugas dan tanggungjawab tertentu. Di antara tanggungjawab isteri ialah:

1. Bergaul dengan suami secara baik. Menuiut ulama Mazhab As-Shafie, wajib bagi isteri menggauli suaminya dengan baik.

2. Mengendalikan kerja-kerja rumah. Menurut riwayat Janzani, Rasulullah s.a.w menentukan kewajipan anaknya Fatimah mengurus rumah dan Ali mengurus kerja-kerja di luar rumah. (AI Mar'ah fi Tasawwuri Islam, m.s 105, oleh Abdul Muta'al AI Jibry).

3. Berhias untuk suami. Isteri hendaklah sentiasa berada di hadapan suami dalam keadaan menarik dan kemas. Dengan itu suami menjadi terhibur ketika di sampingnya. Tugas ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh isteri kecuali mereka yang faham dan benar-benar perihatin.

4. Pujuk memujuk adalah penting dalam kehidupan rumahtangga. Ibn al-Aswad AI-Dualy berkata kepada isterinya:

'Apabila kamu melihat aku marah, tenangkanlah aku. Apabila aku melihat kamu marah, aku pula menenangkan kamu. Jika tidak janganlah kita bersama-sama. '

5. Isteri hendaklah taat kepada suami. Di dalam sesuatu tindakan, jangan sekali-kali membelakangkan suami, kerana dia ketua rumah-tangga. Jika hendak keluar rumah mestilah mendapat izin dari suami terlebih dahulu. Isteri pula hendaklah memahami tugas dan kewajipan suami di luar. Sekiranya ke@a itu untuk Allah S.W.T. dan RasuINya, ia mestilah menyokongnya, memberi galakan dan semangat dan menasihatinya supaya tidak berputus asa.

6. Wanita hendaklah sentiasa menjaga kehormatan diri dan nama suami. Wanita yang menjaga kehormatannya dianggap oleh Rasulullah S.A.W. sebagai wanita yang baik dan patut menjadi ukuran bagi lelaki yang hendak memilih isteri.

Inilah di antara kewajipan isteri terhadap suami. Apabila setiap pihak menunaikan tanggungjawab, akan berkembanglah mawaddah atau kasih sayang. Batas-batas dan tanggungjawab suami isteri ini ditetapkan oleh Islam sebagai peraturaif yang bertujuan mengukuhkan kehidupan dan hidup di dalam suasana ibadah kepada Allah S.WT. Rumahtangga akan hancur jika sekiranya setiap pihak mengabaikan tanggung-jawabnya. Dengan mengamalkan prinsip agama dengan betul, akan wujudlah keluarga bahagia yang merupakan tahap pertama pembentukan masyarakat Islam.

Masyarakat Islam

Untuk mengakhiri perbincangan kita ini elok juga ditinjau sikap umat Islam hari ini teihadap perkahwinan.

Sejak kejatuhan umat Islam dari memegang teraju kepimpinan manusia, dengan kemunculan tamadun barat, ajaran Islam diusahakan supaya lenyap sedikit demi sedikit daripada kehidupan kaum muslimin. Paling tidak ia dikelirukan sehingga masyarakat Islam mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara kesamaran. Kejahilan umat Islam teihadap agamanya, bukan kerana serangan daripada barat sahaja. Keruntuhan personaliti juga turut terlibat sehingga kecintaan kepada ilmu dan kegigihan mempelajarinya menjadi bertambah malap. Akhlak yang baik dan nilai-nilai yang mulia beransur-ansur menjadi layu dengan kemaraan nilai-nilai songsang. la mudah sahaja memenuhi kekosongan dan menguasai kelemahan yang sudah merata di kalangan masyarakat.

Keadaan yang disebutkan di atas mempengaruhi sikap masyarakat Islam dalam segenap kehidupan iaitu politik, ekonomi dan sosial, khususnya dalam kehidupan keluarga yang menjadi tajuk pembicaraan kita. Dengan lain perkataan, suasana pembentukan keluaiga hari ini dan kelemahan-kelemahan yang teidapat di dalamnya, bukanlah semata-mata hasil daripada serangan nilai-nilai songsang tetapi juga kerana kelemahan yang sedia wujud dalam masyarakat Islam setelah berlakunya krisis personaliti Islam dan kerenggangan nilai-nilai Islam daripada kehidupan.

Walaupun pada umumnya masyarakat kita masih menganggap perkahwinan itu suatu ikatan suci, tetapi minat untuk mempertahankan kesucian itu makin berkurangan dengan berkembangnya maksiat dan lumrahnya perzinaan. Lebih-lebih lagi perzinaan yang berlaku di kalangan ora ng yang sudah beristeri atau bersuami. Kerana itulah maka tujuan perkahwinan untuk menjaga kesucian (Iffah) tidak sangat diperhitungkan oleh banyak kalangan masyarakat kita. Namun begitu, tidaklah boleh dikatakan penyakit ini be@angkit kepada semua lapisan masyarakat kita. Masih banyak lagi di kalangan kita yang tetap memeliharaiffah ini dan mempertahankannya. Masyarakat kita belumlah sampai kepada peringkat kerosakan seperti masyarakat barat. Tetapi jika sekiranya tidak diawasi dan langkah-langkah berkesan tidak diambil, tidak mustahil perkembangan yang meruntuhkan itu akan turut menyerang dan melanda masyarakat kita.

Bersekedudukan adalah akibat pembahan sikap terhadap perkahwinan. Perkembangan ini jika dibiarkan akan menggugat kesucian ikatan perkahwinan dan meletakkan institusi keluarga dalam keadaan yang tidak dikawal oleh peraturan dan nilai-nilai akhlak. Perkembangan ini sebenarnya mempakan masalah yang sangat serius yang tidak boleh dihadapi oleh mahkamah semata-mata., tetapi selunih masyarakat adalah terlibat di dalam usaha mencegahnya dan kekuatan masyarakat dalam menolak perkembangan ini adalah lebih berkesan daripada hukuman mahkamah. Untuk mempertahankan kesucian perkahwinan dan keutuhan institusi keluarga yang mempunyai peraturan yang membawa kepada kesejahteraan, nilai-nilai Islam hendaklah diperkukuhkan dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini masyarakat Islam perlu membina kembali personaliti Islam supaya bertambah kukuh. Pengetahuan mengenai Islam hendaklah disebarkan dengan seluas-luasnya dan gerakan dakwah hendaklah diperhebatkan.

Masyarakat Islam hendaklah menyedari bahawa institusi keluarga dan syariat perkahwinan wajib dipertahankan kerana punca terbesar keruntuhan sesuatu masyarakat berpunca daripada kehancuran institusi keluarga dan sikap terhadap perkahwinan. Apabila keluarga telah runtuh tanggungjawab memelihara dan mengawal rakyat terserah kepada pemerintah. Sedangkan bagaiinana cekap sesebuah kerajaanpun ia tidak berupaya menjalankan tugas-tugas keluarga seperti memelihara, mendidik dan memberi kasih sayang kepada anak-anak. Tanpa didikan yang sempuma dan biinbingan yang wajar, anak-anak ini akan menjadi generasi yang pincang.

Kesimpulan

1 . Perkahwinan adalah cara hidup semula jadi manusia dan asas perkembangan masyarakat secara tersusun dan teratur. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Islam adalah menjamin penerusan perkembangan masyarakat secara sihat dan tersusun demi kesejahteraan ummat.

2. Perkahwinan adalah ikatan suci yang wajib dipertahankan dan merupakan pembaha hendak berpoligami atau tidak, pertimbangan yang adil hendaklah diberikan di samping tujuan dan roh berpoligami itu tidak dirosakkan. Dalam hal ini keharusan yang diberikan oleh Islam bukan bermakna galakan atau kebenaran yang boleh dilakukan sewenang-wenangnya. Kehanisan berpoli gami bertujuan membela orang-orang yang tidak bernasib baik di dalam masyarakat. Berpoligami yang membawa kepada mengabaikan tugas terhadap anak-anak dan isteri adalah bertentangan dengan kehendak ketaqwaan.

7. Perancangan keluarga dalam pengertian menghadkan kelahiran anak tidak dapat diterima oleh Islam. Tetapi perancangan keluarga dalam pengertian memberi layanan lebih baik kepada keluarga, meningkatkan mutu kesihatan dan keselesaan hidup serta meningkatkan penglibatan teihadap amalan-amalan yang bermoral, adalah wajib di dalam Islam.

Siapa Anda Dalam Kehidupan Berkeluarga

Kita telah menjelaskan bahawa untuk memastikan suatu masyarakat itu berada dalam keadaan sihat dan harmoni, setiap keluarga yang lahir daripada masyarakat itu perlu dibina dengan kukuh kerana ia sebagai asas tertubuhnya sesebuah masyarakat.

Kita akan membicarakan siapakah yang tergolong dalam keluarga atau apakah ia definisi keluarga yang wujud dalam sistem kehidupan Islam. Adakah keluarga itu terdiri daripada suami, isteri, ibu, ayah, anak atau lebih jauh daripada itu?

Definisi keluarga dalam Islam adalah berbeza dengan definasi keluarga agama-agama lain. Di dalam Islam orang-orang yang ten-nasuk dalam takrif keluarga adalah seperti yang terdapat dalam sistem Faraid. Cuma di sana ada keluarga yang hampir dan ada keluarga yang jauh. Oleh itu orang yang termasuk dalam keluarga ialah:

- Suami isteri
- Datuk, nenek dan seterusnya
- Ayah, datuk dan seterusnya
- Anak, cucu dan seterusnya
- Adik beradik dan zuriatnya
- Ayah saudara, ibu saudara dan zuriatnya
- Lain-lain

Setiap individu dalam keluarga mempunyai hak, peranan dan tanggungjawab. Hak seorang tidak harus diketepikan dan setiap orang boleh menuntut haknya dengan sempuma. Misalnya, hak anak mendapat pusaka daripada ayah dan ibunya, hak isteri mendapat perlindungan daripada suami, hak wanita menentukan calon suami dan sebagainya.

Setiap individu dalam keluarga mempunyai hubung kait antara satu sama lain. la tidak boleh 1-ddup bersendirian tanpa mengambil kira orang lain. Hubungkait ini adalah termasuk dalam berbagai aspek-aspek kehidupan seperti di dalam melakukan kebaikan atau kejahatan, usaha untuk memperolehi kesenangan, menjaga nama baik keluarga dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila seseorang itu mencipta rekod cemerlang dalarn hidupnya seperti menjadi seorang pemimpin yang dihormati, masyarakat akan menyebut si pulan itu adalah keluarga si pulan itu. Begitu juga jika rekod yang dicipta itu tidak baik, masyarakat akan mengaitkan juga nama keluarganya. Contoh yang lain, apabila seseorang itu berjaya dalam hidupnya menjadi seorang yang kaya atau hartawan. Orang ini hendaklah ineinbantu keluarganya yang miskin.

Bagi memastikan kehidupan keluarga berjalan dengan teratur dan harmoni, Islam menggariskan dengan terperinci peranan dan tanggungjawab seseorang sebagai ahli keluarga. Di dalam Islam keluarga bermula dengan suami dan isteri. Dari sinilah keluarga itu mula berkembang. Selepas itu lahirlah anak. Di sana ada ibu dan ayah mertua, ipar duai, keluarga sebelah suami, sebelah isteri dan sebagainya.

Peranan ahli keluarga

Bagaimana seseorang itu berperanan dalam hidup berkeluarga. Islam telah mengaturnya dengan lengkap dan terperinci. Seseorang itu perlu memahami dan melakukannya dengan penuh rasa tanggungjawab. Suami, isteri, ibu dan ayah, masing-masing mempunyai tanggungjawab yang berbeza. Pembahagian tanggungjawab ini diatur sedemikian rupa supaya wujud suatu disiplin @dup dalam keluarga itu. Dengan itu tidak ada perebutan tugas atau tolak menolak dalam menjalankan tugas masing-masing. Oleh sebab itu keluarga muslim yang benar-benar mematuhi disip@ya akan hidup aman, tenteram, tenang, gembira dan harmoni.

Di dalam Islam, suami atau bapa diberi peranan sebagai ketua keluarga. Dia wajib memimpin keluarganya ke jalan yang diredai Allah. Isteri dan anak-anak dikehendaki taat sepenuhnya kepada suami atau bapa. Menyediakan sara hidup juga adalah tanggungjawab ketua keluarga. Peranan yang diberikan kepada ketua keluarga ini tidak boleh disalahgunakan. Dia hendaklah bertindak sebagai penyelamat, bukan bertindak sewenang-wenangnya.

Seorang suami atau bapa hendaklah berilmu, jujur, ikhlas, berakhlak mulia, berrnoral, bijak, cekap dan tegas dengan kebenaran. Dia hendaklah berusaha menjadikan suasana damai sentiasa wujud dalam keluarganya. Peningkatan nilai murni di dalam kehidupan isteri dan anak-anak bergantung kepada kualiti suami atau bapa.

Isteri pula mempunyai peranan dan tugas yang berlainan iailu melayan dan membelai suami, mengatur rumahtangga, taat kepada suami dan mengasuh serta mendidik anak-anak menjadi insan bertaqwa. Anak wajib taat sepenuhnya kepada ibu dan ayah dalam batasan yang tidak bertentangan dengan ajaran Allah, menghormati yang lebih tua, menjaga nama baik keluarga, tidak mengecilkan hati orang tua, memberi tumpuan kepada pelajaran, menjauhkan diri daripada pergaulan yang merosakkan dan seumpamanya.

Ibu mertua pula hendaklah sentiasa berusaha untuk mewujudkan suasana dan hubung baik dengan menantu dan keluarganya. Hubungan antara mertua dan menantu biasanya sangat sensitif. la perlu kepada perhatian khusus dan sifat berhati-hati. Jika perasaan salah seorang tersinggung, boleh menyebabkan kerenggangan di dalam keluarga.

Beberapa peranan yang dihuraikan di atas sudah cukup sebagai penjelasan bahawa setiap individu dalam keluarga mempunyai peranan yang berlainan. Antara satu sama lain ada hubung kait yang rapat di mana setiap orang tidak boleh melepaskan diri daripada yang lain. Misalnya seorang anak apabila bertindak di luar batasan, dia akan menyusahkan dan merisaukan orang tua. Bahkan lebih jauh dari itu dia akan menjejaskan nama baik keluarga. Demikian juga perlakuan di luar batasan ini, walaupun ia dilakukan oteh keluarga yang jauh, tetap mernberi kesan kepada nama baik keluarga tersebut kerana definisi keluarga bagi okang Islam amat luas.

Kenal Pasti Diri Dan Tingkatkan Usaha

Seseorang itu perlu mengenali dirinya,siapakah dia dalam keluarga, sebageti bapa? isteri? ibu? anak? sepupu? datuk? mertua dan sebagainya. Dari semasa ke semasa perlu menyoal diri, sudahkah berfungsi sewajarnya? Sudahkah menjalankan tanggungjawab? Adakah beraksi sebagai penyumbang atau beban kepada keluarga? Sebanyak mana sumbangan dan pengorbanan telah dilakukan demi kepentingan keluarga. Banyak lagi aspek-aspek lain yang perlu dipersoalkan.

Kunci penting, bagi hubungan yang kukuh sentiasa wujud di kalangan anggota keluarga, ialah rasa tangguizgjawab dan kasih sayang. Kalau tanggungjawab semata-mata ia akan menjadi kering dan tandus. Kalau semata-mata kasih sayang, ia boleh berubah. Maka dari itu perlu hubungan itu diwujudkan dengan rasa tanggungjawab dan penuh rasa kasih sayang. Dengan campuran ini semoga kehidupan keluarga menjadi taman indah yang didiami oleh insan-insan yang berupaya menilai dan menjaga keindahan dan keharmonian taman.

Hubungan yang baik hanya akan wujud jika sekiranya satu konsep pegangan atau aqidah yang kuat terhadap Allah terbukti dengan mengambil berat segala perintah-Nya. Dalam rumahtangga tidak ada pengawal peribadi yang mengawal seseorang sebagaimana kawalan di jalan raya. Kepatuhan kepada Allah sahaja yang dapat mengawal tindak tanduk manusia. Di sini jelas kepada kita agama memainkan peranan penting dalam kehidupan insan. Tanpa agama manusia akan sengsara walaupun mereka hidup dalam mahligai emas dan perak. Ia adalah perkara utama yang mesti diberi perhatian dalam membangun kehidupan sesebuah keluarga.

Ciri-ciri penting

Beberapa ciri penting adalah mustahak untuk menjadi pegangan setiap individu di dalam kehidupan berkeluarga yang mesti diberi perhatian setiap masa:

1. Sedari diri bahawa anda salah seorang ahli keluarga yang ada peranan, kewajipan dan tidak boleh melepaskan diri daripadanya.

2. Sentiasa baharui azam untuk meningkatkan pengetahuan agama, syaksiah, ilmu pengetahuan ke arah melahirkan insan berkualiti.

3. Suburkan sifat-sifat mahmudah dan kurangkan sifat-sifat mazmumah dalam amalan hidup sehari-hari.

4. Hidupkan sembahyang berjemaah, banyakkan membaca al-Quran dan hidupkan salam di kalangan keluarga.

Ihsan islam.gov.my

Monday, August 9, 2010

Keutamaan Ramadhan Al-Mubarak


Ramadhan: Bulan Mengendalikan Hawa Nafsu

Sering kita mengatakan atau mendengar bahwa puasa (shaum) adalah berfungsi untuk menundukkan hawa nafsu buruk kita. Namun, yang dimaksud sekadar menahan nafsu makan dan minum, tidak berbohong, tidak bertengkar atau aktiviti lain yang bersifat moral semata- mata. Sekiranya faktanya sedemikian rupa maka sebenarnya telah terjadi penyempitan makna dari menundukkan hawa nafsu itu sendiri. Allah SWT berfirman:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى

Tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran dan al-Hadist) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [TMQ An-Najm (53): 3-4) ]

Dalam ayat di atas, Allah SWT secara tegas menjelaskan bahwa hawa nafsu dan wahyu saling berbeza. Hawa nafsu adalah segala bentuk dorongan yang berasal dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, hawa nafsu tidak hanya terbatas pada aspek moral sahaja, melainkan meliputi seluruh dorongan ada dalam diri manusia yang terwujud dalam seluruh aktiviti. Sebaliknya, wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah saw. berupa perintah dan larangan. Wahyu ini yang harus mengendalikan hawa nafsu manusia. Jika hawa nafsu manusia tidak dibimbing wahyu, ia akan cenderung pada keburukan.

Oleh itu, ketika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan menundukkan hawa nafsu, maka yang seharusnya terbayang dalam fikiran kita adalah kita mencampakkan dan membuang jauh-jauh seluruh aktiviti yang dilarang oleh Allah SWT. Selain kita meninggalkan aktiviti menyakiti orang lain, kita juga harus meninggalkan amalan-amalan apatah lagi mempropagandakan sekularisma, pluralisma, feminisma, kapitalisma, pornografi, dan fahaman- fahaman sesat lainnya; kita juga harus menghentikan kezaliman terhadap rakyat seperti menaikkan harga minyak yang sepatutnya hak rakyat ini diurus menurut hukum syarak; kita juga harus meninggalkan aktiviti menghalang atau bahkan memfitnah agama dan tajassus (memata-matai) serta menghalang pendakwah Islam.

Kita juga mesti berusaha untuk tidak melakukan transaksi riba, bermuamalah secara kapitalis, berpolitik Maciaveli, bernegara tanpa undang-undang yang dilandasi al-Quran dan Hadis, mempertahankan sistem aturan manusia, berinteraksi dalam masyarakat tanpa disandarkan kepada sistem sosial kemasyarakatan yang Islamik, serta menjalani seluruh kehidupan tanpa syariat Islam. Semua itu mesti kita tinggalkan sebagaimana kita berusaha untuk meninggalkan sifat iri, dengki, sombong, takabur dan seluruh sifat buruk lainnya.

Seterusnya kita harus mengiatkan diri dan bersemangat untuk bersama-sama, tolong- menolong, dan terlibat aktif dalam menjalankan dakwah; menyeru penguasa yang zalim untuk bersegera menerapkan syariat Islam; menyeru masyarakat untuk bersegera terikat dengan syariah, tetapi bukan sebaliknya. Rakyat dinasihati supaya sabar menghadapi kesulitan hidup, sementara penguasa yang menyebabkan kesulitan hidup rakyatnya malah dibiarkan. Ramadhan mewajibkan kaum Muslim terikat dengan aturan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Siapa saja yang menjadikan selain Islam sebagai dîn (agama, sistem hidup) maka tidak akan diterima apapun darinya serta dia di akhirat termasuk orang yang rugi. [TMQ Ali Imran (3): 85]
Allah SWT juga berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah? [QS al-Maidah (5): 50]

Dari dua ayat di atas tampak jelas bahwa kita diminta untuk berhukum pada apa saja yang telah disyariatkan oleh Allah SWT melalui al-Quran dan Hadis; bukan sebahagian sahaja, tetapi seluruhnya. Itulah hakikat sebenarnya dari usaha untuk menundukkan hawa nafsu. Apabila kita telah mampu menundukkan hawa nafsu sebagai hasil dari puasa kita, kita akan menjadi (insyaAllah) manusia yang benar-benar bertakwa, sebagaimana firman Allah:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. [TMQ Al-Baqarah (2) 183]

Ramadhan Bulan Utama

Memang benar, bulan Ramadhan adalah bulan yang setiap detik, minit, jam, dan hari-harinya penuh dengan keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut antara lain :

Pertama: Ramadhan membentuk peribadi Mukmin yang taat secara total kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. dalam seluruh perkara yang diperintahkan ataupun yang dilarang-Nya. Tidak ada keraguan di dalam hatinya untuk menjalankan Islam secara kâffah (menyeluruh), baik dalam hal akidah maupun hukum-hukum yang lain seperti: hukum ibadah, makanan, minuman, pakaian, sosial, politik, ekonomi, budaya, pemerintahan, dan sebagainya. Mereka siap untuk mengikuti wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan ikhlas dan tawakal.

Kedua: Di aspek lain, pada bulan Ramadhan, Allah SWT menurunkan wahyu berupa al-Quran untuk yang pertama kali. Wahyu inilah yang merupakan sumber hukum untuk dijadikan pemimpin dan panduan kehidupan. Dengan tegas, Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu (bayyinat) dan pembeda (furqân) (antara haq dan batil). [TMQ al-Baqarah (2): 185]

Ayat ini menjelaskan, bahwa al-Quran diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat manusia yang mengimaninya; dalil yang jelas dan tegas bagi mereka yang memahaminya, yang terlepas dari kebatilan dan kesesatan; juga merupakan pembeza antara yang haq dan batil, halal dan haram (Lihat: Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, I/269).

Al-Quran bukan kumpulan pengetahuan semata, tetapi juga petunjuk bagi manusia. Al-Quran tidak hanya sekadar dibaca dan dihafalkan saja, melainkan wajib difahami dan diamalkan isinya dalam kehidupan seharian. Nabi saw. dalam berbagai hadisnya menegaskan, bahwa sesiapapun yang berpegang pada al-Quran dan as-Sunnah tidak akan tersesat selama-lamanya. Allah SWT berfirman:

وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

Apa saja yang diperintahkan oleh Rasul, ambillah; apa saja yang dilarang olehnya, tinggalkanlah! [TMQ al-Hasyr (59): 7]

Oleh itu, dapat disimpulkan bahawa setiap perintah yang terdapat dalam al-Quran, adalah mutlak harus dilaksanakan, dan setiap larangannya harus ditinggalkan, baik terasa berat maupun terasa ringan. Yang tertanam dalam hati dan fikiran adalah, “Kami mendengar dan kami patuhi!” Alangkah ruginya orang yang memahami al-Quran tetapi tidak mengamalkannya. Demikian juga bagi orang yang sentiasa menyerukan Islam namun tidak menjalankannya. Apalagi bagi orang yang menjadikan al-Quran sebagai ‘barang dagangan’, suka memutarbelit pemahaman di dalamnya, bahkan mengatakan al-Quran penuh dengan mitos dan buatan Muhammad. Sungguh, orang tersebut bukan hanya orang yang rugi, namun juga dilaknat oleh Allah. Jadi, pada bulan Ramadhan, Allah SWT bukan sekadar memerintahkan kita berpuasa supaya kita bertakwa, tetapi juga menurunkan al-Quran sebagai sumber aturan untuk mencapai ketakwaan .

Ketiga: Allah sungguh Maha Adil, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Dalam bulan Ramadhan pintu keampunan dibuka oleh Allah seluas-luasnya, syaitan-syaitan dibelenggu agar tidak dapat menggoda manusia untuk berbuat mungkar, pintu-pintu syurga dibuka seluasr-luasnya, dan berbagai kenikmatan Allah dicurahkan. Dalam bulan ini juga terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Itulah malam Lailatul Qadar. Pada malam tersebut untuk pertama kalinya diturunkan al-Quran kepada Rasulullah saw. sebagai petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia; bukan hanya bagi kaum Muslim saja, tetapi juga berlaku bagi umat selain Islam. Itulah tanda rahmatan lil ‘alamin-nya Islam.

Wahai kaum Muslimin! Bulan Ramadhan adalah bulan untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sudahkah kita mentaati Allah SWT secara kaffah? Ataukah kita masih tetap membiarkan hidup kita diatur oleh hukum- hukum dari aqal dan hawa nafsu kita? Adakah Ramadhan hanya merupakan tempoh menahan lapar dan haus belaka? Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

Ihsan mykhalifah.com